drg. Arief Rosyid : Masih 30 Tahun Namun Siap Menjadi Kuda Hitam Kongres PDGI XXVI - Dental ID
Dental ID
Home Dokter Gigi Sosok drg. Arief Rosyid : Masih 30 Tahun Namun Siap Menjadi Kuda Hitam Kongres PDGI XXVI

drg. Arief Rosyid : Masih 30 Tahun Namun Siap Menjadi Kuda Hitam Kongres PDGI XXVI

Arief Rosyid
Foto : dok pribadi

(Wawancara EKSKLUSIF bersama drg. Muhammad Arief Rosyid Hasan, M.Kes)

Tak ada yang menyangka bahwa seorang dokter gigi dapat menjadi orang nomor satu di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), organisasi kemahasiswaan terbesar dan mengakar kuat di Indonesia.

Tahun 2013, Muhammad Arief Rosyid Hasan membuktikannya. Ketua Umum HMI periode 2013-2015 ini adalah kuda hitam yang terpilih pada kongres yang alot dan panas.

Sejak bermahasiswa di Universitas Hasanuddin (UNHAS), Arief memang terkenal sebagai orang yang gemar berorganisasi dan kegiatan sosial kemanusiaan. Di ranah literasi dan akademik, Arief bisa dibilang cukup produktif. Sejumlah media online dan cetak rutin memuat opininya. Lulusan magister Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) ini sudah pernah menelurkan lima buku. Bukunya yang terakhir, Memilih Masa Depan: Memaknai HMI di Tengah Perubahan turut menjadi mahar untuk meminang istrinya, Zahra Aghnia.

Seabrek rekam jejak itu, menjadikannya masuk dalam daftar 70 tokoh berpengaruh di Indonesia tahun 2015 versi Obssessionnews, bersama dengan Presiden RI Joko Widodo.

Setelah turun dari kursi jabatannya di HMI, Lelaki berusia 30 tahun ini sibuk menjadi ayah  dan berbisnis. Aktivitas organisasi masih dia lakukan seperti di Pergerakan Indonesia Maju (PIM) bersama Din Syamsuddin; juga menjadi pimpinan Ikatan Alumni FKG UNHAS Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (JABODETABEKA).

Sekalipun kini “cuti” dari dunia keprofesian, Arief masih memperhatikan profesi dokter gigi secara umum. Perhatian itu termuat dalam tulisannya, Jihad untuk Persatuan Dokter Gigi Indonesia.

Tulisan itu memantik dukungan banyak pihak dan cabang untuk maju sebagai kandidat Ketua Umum Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) di Kongres XXVI di Medan, Mei mendatang.

Selasa pagi (14/3), dental.id mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai calon ‘kuda hitam’ itu di rumahnya di bilangan Menteng, Jakarta Pusat.

Baca  Anggia Mawardi : Dokter Gigi Yang Menembus Dunia Fashion Di Paris

Anda bisa dibilang sudah lama tidak menjadi praktisi dokter gigi. Apakah Anda tidak merindukan kesibukan sebagai klinisi?

Rindu (tertawa). Saya kira sebagian besar dokter gigi perlu untuk melaksanakan tugas-tugasnya, melayani kesehatan gigi masyarakat. Tapi kita perlu juga sebagian kecil yang terlibat langsung ke dalam wilayah-wilayah lainnya.

Misalnya, di ekonomi ada Chairul Tanjung. Di politik ada Andi Fauziah Pujiwatie Hatta. Di jurnalisme ada Tina Talisa. Dengan berbagai peran itu, saya rasa profesi dokter gigi dapat diperjuangkan. Dan saya sedang menikmati peran di bagian terkecil itu. Ya, mencoba keluar dari zona nyaman di ruang praktek. Berusaha memikirkan sesuatu yang lebih besar. Membuat dokter gigi membanggakan.

Bagaimana menurut Anda profesi dokter gigi hari ini?

Harus diakui dokter gigi selama ini dianggap sebagai subsistem dari kedokteran. Ini bisa dilihat dari tiadanya undang-undang mengatur tentang dokter gigi. Kita masih berada di bawah undang-undang kedokteran. Nyatanya perlu aturan main atau undang-undang yang mewadahi dokter gigi secara khusus. Dengan itu hak dan kewajiban yang spesifik memperjuangkan dokter gigi jelas, sehingga tidak ada penafsiran lain. Misalnya mengapa hari ini tukang gigi sering dikeluhkan oleh para sejawat. Wajarlah.

Seperti apa Anda melihat PDGI?

Organisasi bukan hanya sebagai wadah, dia juga dapat menjadi corong untuk anggota-anggotanya. PDGI adalah organisasi yang cukup tua (67 tahun). Dengan usia seperti itu, seharusnya PDGI dapat berbicara banyak dan berperan, khususnya ranah kebijakan. Saya kira organisasi yang sehat itu seperti gigi yang dinamis. Senantiasa tanggal lalu bererupsi lagi, bukan mengalami impaksi.     

Bagaimana menurut Anda dokter gigi di era JKN dan BPJS?

JKN dan BPJS itu bagus. Universal health coverage—tujuan JKN dan BPJS—Itu kewajiban negara untuk menjamin hak-hak warga negaranya. Namun bukan berarti mengenyampingkan hak-hak seorang dokter gigi. Bagi saya, dokter Rp 6000 dan dokter gigi Rp 2000 itu kurang adil.

Baca  drg. Rahayu Puji Astuti : Komunitas Senyum Anak Indonesia Jalan Menuju Sukses Dunia dan Akhirat

Dokter gigi harus diporsikan sebagaimana tugas yang mereka emban juga. Biar bagaimapun, seorang dokter gigi memiliki tanggung jawab besar ketika melakukan tindakan klinis. Mulut adalah sumber focal infection. Seorang dokter gigi memiliki risiko yang cukup besar untuk terpapar HIV, hepatitis, atau infeksi lainnya. Seharusnya ada penghargaan untuk itu.

Beberapa pihak dan cabang mendukung Anda untuk “berjihad” sebagai Ketua Umum PDGI. Apakah Anda sudah siap untuk maju?

Wah, saya tersanjung (tertawa). Amanah yang diberikan pantang untuk ditolak dan sudah wajib hukumnya dilakukan sebaik-baiknya. Bagi saya amanah itu harga diri. Di satu sisi saya melihat banyak yang lebih senior dan lebih lama di organisasi (PDGI). Tapi saya masih perhatian pada isu-isu kesehatan umum dan gigi. Background pendidikan (baca: magister) saya di kesehatan masyarakat.

Selama menjabat Ketua HMI, saya memperjuangkan isu-isu kepemudaan dan kesehatan. Kalau ada kesempatan ikut andil membesarkan profesi dokter gigi, tentu tanggung jawab dan amanah itu akan saya pikul.  Berorganisasi itu bagi saya: part time full heart.

Kalau seandainya Anda terpilih menjadi ketua PDGI, apa yang akan Anda lakukan?

Banyak. Saya sempat berdiskusi dengan beberapa sejawat di cabang-cabang. Membuat PDGI berpengaruh dalam kebijakan kesehatan. Mendesak undang-undang kedokteran gigi. Menaikkan taraf kapitasi dokter gigi. Mengisi pos strategis di pengambil kebijakan di bidang kesehatan. Menertibkan batas kerja dokter gigi dan tukang gigi.

Kalau kalah?

Dalam pertarungan tentu ada yang menang dan kalah. Pemimpin itu menurut saya simbol, tapi bukan berarti tidak menjadi ketua PDGI kita tidak dapat berbuat untuk profesi. Kalaupun saya dianggap memiliki potensi untuk membangun PDGI ke depan, tentu akan sangat senang menyambut itu.

Baca  Drg. Hananto Seno : Seperti Sebotol Wine, Semakin Tua Semakin Berkualitas

 

Penulis :

Dhihram Tenrisau <dhihram.tenrisau@gmail.com>

“Dokter gigi, penggila musik, tukang nonton, dan pembaca apa saja”

Iklan dipersembahkan oleh Google
(Visited 147 times, 1 visits today)

Comment
Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Ad