Mengapa Harus Sikat Gigi Sebelum Tidur dan Macam Cara Selain Sikat Gigi - Dental ID
Dental ID
Home Perawatan Gigi Mengapa Harus Sikat Gigi Sebelum Tidur dan Macam Cara Selain Sikat Gigi

Mengapa Harus Sikat Gigi Sebelum Tidur dan Macam Cara Selain Sikat Gigi

Gw mau coba berbagi soal cara tepat dan optimal menjaga kesehatan gigi dan mulut.

Cukup jelas bahwa menyikat gigi dengan metode yang benar adalah salah satu cara merawat kesehatan rongga mulut. Yakni, minimal menyikat gigi 2 kali sehari pada saat mandi/setelah sarapan pagi dan sebelum tidur. Atau maksimal 3 kali, dengan tambahan satu kali ketika mandi sore.

Tapi, kira-kira lo sudah tau belum alasan rasional kenapa sih harus sikat gigi sebelum tidur?. Kenapa sikat gigi itu ga sore-sore aja, biar malamnya langsung tidur gitu?. Cukup ga sih hanya dengan sikat gigi?. Jika menyikat gigi merupakan salah satu cara, berarti ada cara lain, dong?.

Ya, menyikat gigi adalah salah satu dari banyak cara yang bisa dilakukan dalam merawat kesehatan gigi dan mulut.

Pada prinsipnya, menjaga kesehatan gigi dan mulut itu adalah perihal kebiasaan. Ini juga berlaku dalam menjaga kesehatan tubuh secara umum ya. Prinsip sederhana ini sudah dikenalkan sejak zaman Yunani kuno sekitar tahun 450-an SM oleh Hippocrates, si Bapak Kedokteran yang terkenal itu.

Dalam konteks kesehatan rongga mulut, kalau lo ga terbiasa atau mengikuti kebiasaan yang ga tepat, faktor risiko terserang penyakit akan semakin meningkat.

Kalau sudah sakit gigi, ga enak Brok!. Dan, sayangnya, banyak orang baru konsultasi ke dokter gigi tatkala giginya sudah sakit parah. Ini termasuk kebiasaan yang ga tepat. Jangan dipelihara ya…

Nah, kalau gitu, kebiasaan apa sih yang bisa dilakukan di samping menyikat gigi biar kesehatan rongga mulut jadi optimal?.

Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, gw mau ulas sedikit soal prevalensi, sejarah hingga konsep dasar mekanisme salah satu penyakit gigi dan mulut. Agar lo bisa dapat gambaran komprehensif dan ga setengah-setengah.

Sebab, kata pepatah:

Kebiasaan baik muncul dari pengetahuan yang akurat dan mendalam.

Penyakit Milyaran Umat

Sebenarnya, penyakit gigi dan mulut itu ada banyak. Salah satu penyakit gigi dan mulut yang sering menghantui banyak orang adalah karies gigi. Atau bahasa awamnya: gigi berlubang.

Menurut data WHO (2017), ada sekitar 2,3 milyar orang di seluruh dunia yang menderita gigi berlubang!. Sementara, berdasarkan data Riskesdas 2018, kualitas kesehatan gigi dan mulut rata-rata orang Indonesia jelek banget.

Setiap orang dewasa di Indonesia rata-rata punya 7 gigi berlubang. Di sisi lain, sekitar 93% anak-anak di Indonesia memiliki gigi berlubang. Artinya, hanya 7% anak kecil di Indonesia yang terbebas dari gigi berlubang. Miris banget, ya.

Nah, sebelum diulas jauh, gw mau cuplik sekilas sejarah penyakit ini, Brok. Jadi, bukan Indonesia saja yang punya sejarah. Gigi berlubang juga memiliki sejarahnya sendiri hehe…

Sejarah Singkat Karies Gigi

Penyakit gigi berlubang memang sudah diderita oleh manusia sejak dahulu kala. Data arkeologis terbaru mencatat penyakit ini telah menyerang manusia sejak 13.000 tahun yang lalu. Ini berarti terjadi sekitar tahun 11.000 SM. Bahkan, besar kemungkinan bisa lebih awal dari itu.

Baca  Gusi Berdarah saat Gosok Gigi ? Awas Jangan Disepelekan

Coba lo bayangin, gimana orang zaman dahulu merawat rongga mulutnya?. Dan gimana kira-kira tingkat kesehatannya?. Ketika belum ada ilmu kedokteran, fasilitas puskesmas atau rumah sakit. Lah, zaman sekarang aja itu semua sudah lengkap tapi gigi berlubang masih tetap ada.

Di sini nih bagian menariknya. Alejandra Ortiz, peneliti dari universitas New York mengatakan tingkat risiko penyakit gigi berlubang masyarakat zaman dahulu ternyata lebih kecil ketimbang masyarakat zaman modern!. Kok bisa?.

Gw sudah tandaskan tadi, bahwa kesehatan itu adalah soal kebiasaan. Jika kebiasaan itu melahirkan kebudayaan, maka kesehatan berhubungan dengan kebudayaan.

Nah, zaman dulu saat manusia hidup sebagai pemburu pengumpul, mereka hidup dengan budaya berpindah-pindah tempat. Akibat budaya itu, mereka mengembangkan kebiasaan makan yang bervariasi. Menu makanan mereka lebih beraneka macam.

Budaya ini berubah sejak terjadi Revolusi Agrikultur. Yakni, era di mana manusia mulai mengembangkan hidup menetap dan bergantung pada pertanian. Periode ini terjadi sekitar tahun 9000-8500 SM.

Perubahan ini berimbas pada kebiasaan makan manusia juga. Yang tadinya bervariasi, jadi terbatas. Manusia mulai sering makan makanan khas pertanian: gandum, padi, jelai dll. Di mana kandungan gula (karbohidratnya) tinggi.

Nah, karbohidrat adalah salah satu penyebab terjadinya gigi berlubang. Saat masih hidup dengan budaya pemburu pengumpul, tingkat konsumsi karbohidrat manusia secara umum masih rendah.

Kebudayaan dan ketergantungan manusia pada karbohidrat semakin mencapai puncaknya ketika terjadi Revolusi Industri di Inggris pada abad ke-18 dan terus berlanjut sampai hari ini.

Kini, hampir semua produk industri makanan dan minuman cepat saji banyak mengandung karbohidrat. Tidak adanya variasi makanan dan ketergantungan pada karbohidrat inilah yang membuat masyarakat modern cenderung berisiko mengalami gigi berlubang.

Menurut penelitian R.M Stephan (1940), saat lo makan yang mengandung karbohidrat maka tingkat keasaman rongga mulut lo yang tadinya netral akan menurun. Yang artinya rongga mulut lo jadi lebih asam. Penurunan ini terjadi sekitar 5 menit setiap setelah selesai makan.

Memang, apa hubungannya antara keasaman dan karbohidrat?. Kenapa kok karbohidrat bisa bikin gigi berlubang sih?. Terus kenapa makanan itu harus bervariasi?.

Bakteri

Saat kita makan, sebenarnya ada makhluk hidup lain yang juga “ikutan makan”. Makhluk hidup itu adalah bakteri. Di dalam rongga mulut kita merupakan rumah bagi berbagai macam bakteri.

Sejauh ini, ada sekitar 700 spesies bakteri yang teridentifikasi. Mereka ada banyak, Brok!. Mereka bisa hidup salah satunya disebabkan oleh kelembaban dalam mulut. Mirip seperti manusia, karena banyak, mereka hidup berkoloni dan membentuk komunitas.

Dalam kedokteran, komunitas bakteri ini istilahnya bermacam-macam. Bisa disebut plak, ekologi rongga mulut, biofilm dan lain-lain. Mereka ada di gigi, gusi (gingiva), lidah, langit-langit mulut. Pokoknya semua daerah di mulut deh. Nah, gigi adalah salah satu tempat paling digemari oleh bakteri.

Baca  SPESIAL 5 Tips Jaga Kesehatan Gigi untuk Ibu Hamil

Tapi, jangan salah paham dulu, Brok. Komunitas bakteri ini sejatinya alami dan “baik”. Mereka berfungsi menjaga keseimbangan ekosistem rongga mulut. Namun, saat keseimbangan ini terganggu, maka aktivitas komunitas bakteri merugikan meningkat sehingga menimbulkan penyakit.

Nah, jenis komunitas bakteri yang bikin gigi lo berlubang adalah golongan Streptococcus mutans dan Lactobacillus. Bakteri inilah yang memetabolisme karbohidrat yang lo makan. Hasil metabolismenya adalah asam. Menurut penelitian, tingkat keasaman yang rentan sekitar 5-5,5. Akibatnya, asam mengikis struktur gigi yang keras dan…terciptalah lubang.

Kedua spesies bakteri ini baru berhasil teridentifikasi sekitar tahun 1960-an oleh Fitzgerald dan Keyes. Wah, masih baru banget usia penemuannya ya. Ternyata umur Pancasila kita masih jauh lebih tua…

Jadi, ketika lo sering makan yang manis-manis dan lo jarang sikat gigi, sisa-sisa makanan yang nyelip dan nempel di gigi akan jadi makanan bagi bakteri tadi.

Di sini perlu gw tekankan juga bahwa sikat gigi itu ga bikin bakteri hilang. Pada prinsipnya, sikat gigi hanya berfungsi membersihkan sisa makanan biar ga bisa dimetabolisme oleh bakteri.

Tapi, seiring berkembangnya sains, kini mulai banyak dikembangkan pasta gigi yang berfungsi mengontrol pertumbuhan bakteri merugikan ini. Ingat ya mengontrol, bukan menghilangkan.

Untungnya, kita punya mekanisme alami yang lebih optimal untuk mengontrol kehidupan komunitas bakteri secara umum, dan bakteri yang merugikan secara khusus. Dia adalah saliva (air liur). Dan inilah kunci yang akan gw tekankan.

Saliva (Air Liur)

Barangkali, banyak dari lo belum tau kemampuan luar biasa dari saliva. Padahal, saliva inilah yang memegang peranan kunci bagi kesehatan rongga mulut. Ketika paham komposisi dan mekanisme saliva, lo akan bisa mengembangkan kebiasaan yang tepat untuk merawat kesehatan rongga mulut.

Tadi sudah diulas bahwa asam hasil metabolisme bakteri terhadap karbohidrat membuat tingkat keasaman mulut menurun sehingga mengikis gigi dan membuat lubang.

Nah, salah satu kemampuan dari saliva adalah menjaga tingkat keasaman rongga mulut agar tetap netral (6,3-7). Sehingga mampu menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan. Kok bisa?.

Hampir 98% komposisi saliva adalah air. Sisanya adalah zat-zat penting yang terdiri dari anorganik dan organik. Berikut gw lampirkan fungsi saliva berdasarkan buku berjudul Fisiologi dan Patologi Saliva (Kasuma, 2015):

a. Antibakterial

b. Antijamur

c. Antivirus

d. Buffering

e. Lubrikasi

f. Proteksi

g. Remineralisasi

h. Antikarsinogen

i. Membantu pencernaan

j. Protease

k. Antiprotease

Gila, ternyata keren betul ya saliva!. Manfaatnya luar biasa banyak. Pasta gigi paling mutakhir pun belum tentu punya kandungan selengkap ini. Nah, jadi tinggal gimana kita nya nih memaksimalkan kemampuan saliva. Ibaratnya gitar, ini bisa di setting kok.

Dalam tulisan ini, gw ingin menekankan fungsi buffering dari saliva. Sebab, buffering berperan menjaga keasaman (pH) rongga mulut tetap netral sehingga mencegah perkembangan bakteri merugikan.

Baca  Periksa Gigi 6 Bulan Sekali Bantu Ternyata Bisa Cegah Pneumonia Lho

Namun, sebelumnya kita harus paham dulu mekanisme kerja saliva. Apa sih yang mempengaruhi mekanisme saliva?. Ada banyak. Dan yang paling relevan pada bahasan kali ini adalah hidrasi, posisi tubuh, siklus sikardian dan sirkanual, latihan fisik dan makanan.

Gw deskripsi satu-satu ya. Ini kunci dan bagian paling pentingnya nih.

a. Hidrasi :

Saat tubuh kekurangan air (dehidrasi) aliran saliva jadi berkurang. Otomatis mulut bakal kering dan kemampuan saliva jadi ga maksimal. Akibatnya, bakteri merugikan bisa gampang berkembang biak. Jadi, lo harus banyak minum biar saliva lo terjaga.
(Dawes, 2004 : Almeida, 2008)

b. Posisi Tubuh :

Nah, ini menarik nih. Aliran saliva lebih tinggi dan banyak saat lo berdiri ketimbang tiduran.(Sawair, 2009)

c. Siklus Sikardian dan Sirkanual:

Saliva kita ternyata pola kehidupannya sendiri, Brok. Aliran saliva mencapai puncak pada siang hari dan menurun saat malam hari. Ini disebut siklus sikardian.(Ekstrom et al, 2012)

Sementara, jumlah saliva lebih rendah tatkala musim panas dan lebih tinggi saat musim dingin. Ini disebut pola sirkanual.(Edgar, 2004)

d. Latihan Fisik:

Aktivitas fisik yang rutin bisa mengoptimalkan kemampuan saliva.(Almeida et al, 2008)

e. Makanan:

Inilah faktor yang paling berpengaruh dalam jumlah aliran saliva. Saliva paling banyak keluar ketika sedang makan dan memikirkan makanan.
(Almeida et al, 2008)

Kesimpulan

Sampai di sini, gw harap lo sudah bisa melihat dengan komprehensif serta mendalam. Secara praktis, di sini kuncinya adalah: memaksimalkan kemampuan saliva. Yaitu kemampuan buffering, jumlah dan laju alirannya.

Jadi, mengapa harus sikat gigi sebelum tidur?. Sebab, pada saat tidur laju aliran saliva menurun sehingga mulut cenderung kering. Efek buffering jadi ga optimal. Akibatnya, bakteri merugikan bisa berkembang biak. Untuk mengurangi dampaknya, lo harus membersihkan sisa-sisa makanan menjelang tidur dengan sikat gigi.

Jika mau ikut prinsip Hippocrates, di samping kebiasaan menyikat gigi dengan metode yang benar, ada juga cara lain yang bisa diterapkan. Yaitu, kebiasaan memaksimalkan kemampuan saliva dengan:

a. Banyak minum air putih.

b. Tidak begadang sambil ngemil.

c. Mengontrol asupan karbohidrat dan meragamkan jenis makanan dengan sayuran serta buah-buahan.

d. Mengatur ritme makan.

e. Menyesuaikan jenis makanan dengan iklim geografis setempat.

f. Sehabis makan kalau bisa mengunyah permen karet bebas gula. Ini sudah terbukti dari penelitian George Stookey (2008). Contoh paling umumnya: Xylitol. Tapi, banyak juga merk lain yang bisa dicari di internet. Gw rekomendasiin makannya setelah makan malam.

g. Tidak mageran dan perbanyak aktivitas fisik.

Dan, terakhir yang juga terpenting: konsultasilah ke dokter gigi secara rutin minimal 6 bulan sekali.:)

Iklan dipersembahkan oleh Google
(Visited 57 times, 1 visits today)

Comment
Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Ad