7 Reaksi Orang Saat Tahu Kamu Calon Dokter/Dokter Gigi

Oleh : Tomy Aryanda (@koasgigisinting)
koasgigisinting.blogspot.com
1. Langsung minta diskon
Ini adalah reaksi orang yang paling sering terjadi.
“Wah, dokter gigi/ calon dokter gigi, ya? Boleh, dong, entar kalo berobat dapet diskon.”
Atau “Wah. Entar berobat gratis, ya? Kalo gratis, entar aku bawa keluarga 2 RT. Mau pasang behel semua.”
Bayangkan. Jika setiap orang ngomong begitu pada saat pertama kenalan, bisa bangkrut.
Bukannya pelit, tapi, ya, mikir aja, sih. Kita juga perlu uang makan dan uang belanja bedak istri. Ah, sudahlah.
Kalo dokter/dokter gigi udah ngomongin soal duit, takutnya dibilang nggak punya peri kemanusiaanlah, nggak ikhlas menolong oranglah. Klasik.
2. Underestimate
Reaksi ini juga sering ditemui.
“Kok dulu nggak ambil sekolah dokter beneran, sih? Kenapa harus dokter gigi?”
Gue kalo ketemu orang yang bereaksi begini biasanya sering ngedumel dalam hati, “Bukan dokter beneran? Lo pikir yang gue lakuin di kampus FKG dulu itu main dokter-dokteran? Terus dokter gigi itu dokter KW 3?”
Wajar, sih, sebenenya kalo ada orang yang ngomong begitu.
Mereka nggak tahu apa-apa tentang yang udah dijalani selama di FKG.
Tugas kita juga bukan untuk memberitahu mereka tentang beratnya perjalanan kita. Biarlah mereka meremehkan. Toh, peremehan mereka nggak ngaruh apa-apa ke kehidupan kita, kan? Memangnya dengan mereka ngeremehin kita bisa bikin gaji kita turun?
Senyumin, lupakan, kemudian tetap jalani kehidupan. Simple.
3. Memberi nasehat
Ada juga orang-orang yang langsung memberi kita nasehat waktu tahu kita adalah dokter gigi/calon dokter gigi.
“Nanti narik harganya jangan mahal-mahal, ya. Jadi dokter gigi itu jangan terlalu mengejar balik modal. Mentang-mentang biaya sekolahnya mahal.” Sekali lagi, iya-in aja.
Organisasi profesi kita udah menentukan tarif minimal, kan? Tarif minimal itu harus dipatuhi. Kalo kemahalan juga, orang-orang juga mikir untuk berobat ke kita (kecuali kelas menengah ke atas).
Tenang aja. Kami bukan mesin pencari uang yang nggak kenal nurani, kok.
Kalo bener-bener keberatan sama tarif yang dikenakan dan terlihat memang benar-benar nggak sanggup sama harganya, ya, pasti dibantu.
Walaupun nggak full. Sama-sama saling pengertian. Sering juga, kan, nemuin orang yang dandanannya oke punya terus datang pake mobil tapi keberatan sama harga dan minta didiskon? Ke salon mahal-mahal rela, tapi demi kesehatan gigi sendiri perhitungan. Ironi.
BACA JUGA :
FAKTA : MENIKAHLAH DENGAN DOKTER GIGI AGAR LANGGENG

4. Memuji
Reaksi yang satu ini lumayan bikin kuping mengembang dan hidung kembang kempis.
“Dokter gigi, toh. Aduhhh. Keren banget bla bla bla”
Seneng boleh. Lupa diri, jangan.
Jangan mentang-mentang udah dipuji, eh, langsung tambah meninggikan diri sendiri. Jangan lupa bumi; yang akan menelan jasadmu suatu saat nanti.
5. Langsung menjodohkan
Semakin banyak kenal dengan orang, semakin banyak yang menawarkan dijodohkan dengan sanak famili atau temannya.
Atau mungkin, dia sendiri yang menawarkan dirinya untuk jadi jodoh. Muahahaha.
“Mau, nggak, sama anak Ibu? Udah kerja, single, cantik, baik, lho. Mau, ya?” “Anu, Bu. Anu. Saya udah punya anak istri.” “Aduh, sayang sekali. Cariin temen kamu yang juga dokter/dokter gigi untuk dijodohi sama anak ibu, ya. Ibu pengen banget punya menantu dokter/dokter gigi.”
Taraaaa… Ujung-ujungnya kita juga jadi makcomblang, ikut-ikutan ngejodohin.
6. Menanyakan lowongan pekerjaan
Ada juga, kan, ketemu yang begini?
“Kalo ada lowongan di klinik atau di RS, kasih tahu, ya. Jadi tukang gulung kapas juga nggak apa-apa, kok.” “I..iya” (dalam hati ngomong, “Ini aja gue masih nyari kerjaan. Daftar PTT, ikut test PNS, test drg perusahaan. Sekarang mah masih ikut gantiin di klinik orang lain)
7. Langsung menggombal
Reaksi gue kalo ketemu orang yang kayak gini Cuma krik…krik..krik.
“Kamu dokter/dokter gigi, ya? Aduh, mau doooong, disuntik.” Entah “disuntik” macam apa yang dia harapkan? Suntik bius? Suntik mati? Suntik lagu? Suntik tinta printer? Atau “suntik”…………… (mendadak mesum)
Saran gue, kalo mau ngegombali dokter gigi, pake gombalan yang agak “mahal” dikit. Gue kasih contoh.
“Kamu dokter gigi, ya?”
“I..Iya.”
“Aduhh. Kebetulan, nih. Ada yang berdarah.”
“Oh, gusinya, ya?”
“Bukan. Bukan gusi. Tapi, hati aku. Berdarah-darah kalo ngeliatin kamu ternyata nanti dimilikin orang lain.”
“Ebusyeet.” *meninggal
ARTIKEL POPULER MINGGU INI :
Terima kasih :