Dental ID
Home Berita Dari Gigi untuk Negeri

Dari Gigi untuk Negeri

Gerbang SDN 3 Rawa Buntu yang disulap dengan tema WOHD 2017
Gerbang SDN 3 Rawa Buntu yang disulap dengan tema WOHD 2017
Gerbang SDN 3 Rawa Buntu yang disulap dengan tema WOHD 2017

Syafika duduk berhadapan dengan seorang perempuan berjas putih. Di sampingnya meja yang di atasnya nampan berisikan berbagai alat-alat yang terbungkus plastik. Perempuan berjas putih itu kemudian menyunggingkan senyum. Syafika yang berusia 11 tahun membalas dengan malu-malu. Mereka bercengkrama seakan telah lama akrab.

Perempuan itu adalah drg. Sri Ulina yang mendapat giliran memeriksakan Syafika.

“Buku mulutnya ya,” ujar Ulin (sapaan drg. Sri Ulina) dengan ramah.

Tanpa ragu Syafika kemudian membuka mulut. Kaca mulut kemudian masuk ke dalam rongga mulutnya. Ulin kemudian memeriksa dengan detail sembari mencatatnya di dalam lembaran dental record yang bergelar di atas mejanya.

Beberapa menit berlalu dan pemeriksaan telah selesai. Perempuan yang berpraktek dokter gigi di wilayah Tangerang ini kemudian mendongengi Syafika.

“Nanti kalau jarang sikat gigi, kuman jahatnya masuk dan bikin sakit giginya.” Ulin terlihat girang saat menceritakan pentingnya menyikat gigi dan makan penganan sehat. Satu-dua gestur Ulin memancing tawa siswa kelas 4 SD ini.

“Nanti gigi yang goyangnya bawa ke dokter gigi ya, biar dicabut,” ucap Ulin.

Jikalau biasanya seorang anak akan takut ketika mendengar kata “cabut gigi”, Syafika malah sebaliknya. Dia mengangguk dengan wajah merona bahagia. Ulin meyodorkan telapak tangannya untuk ditepuk. Anak perempuan berjilbab itu menyambut. Pak! Letupan tepukan tangan berbunyi, seakan pertanda keabsahan persahabatan diantara mereka.

Keramaian acara WOHD
Keseruan acara WOHD

Pagi itu (20/3) di di salah satu ruangan kelas SDN 3 Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan disulap menjadi meja-meja pemeriksaan. Ulin dan Syafik adalah satu dari sekitar lusinan meja yang tergelar di dalam ruang kelas itu. Para dokter gigi menunggui deretan anak-anak SD untuk memeriksakan giginya—juga memberikan penyuluhan. Kegiatan itu dilakukan berselimut repetisi lagu berisi lirik anjuran sikat gigi dan makan penganan bergizi dari luar ruangan.

Baca  Cornelis Buston Akhirnya Minta Maaf Kepada PDGI, Sudah Selesai?

Di luar ruangan tak kalah keceriaan yang berhamburan. Sebuah panggung dengan layar menampilkan film animasi berjudul Cerita Petualangan Mama Sigi dan Pepo. Beberapa pasang mata anak-anak yang tertuju. Di belakangnya, segelintir murid dan guru bermain-main dengan orang-orang yang berkostum tube odol dan beberapa tokoh kartun. Saking ramainya, beberapa guru terlihat kelimpungan mencari murid-muridnya yang tersebar di pelataran sekolah.

Sekalipun rinai hujan membasahi, energi seluruh peserta tidak surut dalam melakukan agenda kegiatan. Dari sikat gigi massal hingga pemeriksaan gigi para murid SD yang hadir.

Kepadatan itu adalah selebrasi. Merayakan kesehatan gigi dan mulut seantero dunia, World Oral Health Day (WOHD) tahun 2017, yang pada tahun ini dibuka secara resmi di SDN 3 Rawa Buntu.

—–

Setiap bertanggal 20 Maret, perayaan ini dilangsungkan atas inisiatif Federasi Dokter Gigi Sedunia (FDI). Event tahunan ini dirayakan sebagai usaha untuk menanamkan kesadaran dan pencegahan pada masyarakat akan penyakit gigi dan mulut.

Untuk Indonesia sendiri, kegiatan ini rutin digawangi oleh Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dengan Pepsodent semenjak tahun 2013.

Kegiatan yang dalam waktu yang sama terlaksana di 100 daerah, menjadikan SDN 3 Rawa Buntu sebagai pusat pelaksanaannya. Acara yang melibatkan 500 siswa SD ini, sebagai bentuk perhatian akan masyarakat sekitar kantor pusat Unilever. Selain itu, perusahaan yang beroperasi di Indonesia sejak 1933, memiliki program pelatihan untuk para guru-guru se-Tangerang Selatan yang difokuskan di tempat ini.

Baca  Kapan Harus Mulai Memperhatikan Kebersihan Rongga Mulut Bayi Anda?
Para dokter gigi memeriksa para siswa SD
Para dokter gigi memeriksa para siswa SD

Di perayaan yang kelima ini, tema yang diangkat adalah ‘Live Mouth Smart’ yang merupakan sebuah usaha untuk pembiasan hidup sehat dan bersih. Hal ini untuk menghindari berbagai faktor risiko yang memicu permasalahan gigi dan mulut.

Menurut Ratu Mirah sebagai perwakilan dari Unilever, pencegahan dari faktor risiko itu didapatkan dari pembiasaan yang terintegrasikan dalam hidup besih dan sehat.

“Kebiasaan baik itu adalah menggosok gigi dua kali sehari (pagi dan malam hari), melakukan pemeriksaan gigi rutin setiap enam bulan sekali, serta menjauhi faktor risiko yang dapat mengakibatkan kerusakan gigi,” imbuhnya dalam sesi konfrensi pers.

Pun kesehatan gigi dan mulut tidak hanya berpengaruh pada kesehatan secara umum, tetapi juga mempengaruhi setiap aspek kegiatan yang lainnya. Untuk itu diperlukan kerjasama untuk membuat program untuk perubahan perilaku dalam memelihara kesehatan gigi. Hal itu diungkapkan Farichah Hanum selaku Ketua Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI).

Sasaran dari perubahan perilaku ini dikhususkan pada anak-anak yang rentan terhadap early childhood caries. Dan hasil penelitian menunjukkan, penyakit ini diderita oleh anak yang memiliki berat badan 80 persen lebih rendah dari berat badan ideal.

Ketua PDGI tersebut menandaskan,“Dalam perjalanannya, kami akan memanfaatkan teknologi untuk kegiatan pencegahan dini (terhadap penyakit gigi dan mulut),” Kemudian dokter gigi asal Semarang ini melanjutkan, “Dengan metode tersebut, proses edukasi menjadi lebih menyenangkan dan anak-anak lebih mudah paham.”

Dalam hal ini, Unilever telah membuat film Cerita Mama dan Pepo yang tujuan utamanya edukasi terhadap anak-anak. Cerita petualangan tersebut dianggap berguna bagi Artika Sari Devi, seorang ibu sekaligus Brand Ambassador Pepsodent.

Baca  Gaji Dirut BPJS Rp530 Juta per Bulan, Dokter Gigi Rp2000

“Mengajarkan anak menyikat gigi diwaktu yang tepat kami menonton video tersebut dilanjutkan dengan sikat gigi bersama menirukan gerakan dalam video,” ungkap mantan Puteri Indonesia 2004 tersebut.

Menurutnya video tersebut juga membantu mengenalkan kebiasaan menjaga kesehatan gigi dan mulut sejak anak berusia dini. Dalam hal ini pengenalan tersebut membutuhkan kreatifitas dan konssitensi dalam menerapkan pembiasaan. Salah satunya adalah mengajak anak-anak ke dokter gigi enam bulan sekali.

Apapun hal itu, usaha ini adalah salah satu untuk memerangi permasalahan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia. Yang di mana menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, baru 2,3 persen masyarakat Indonesia.

Juga pada survei pepsodent bersama Ikatan Profesi Kesehatan Gigi Masyarakat Indonesia (IPKESGIMI) menunjukkan sekitar 65,9 persen anak baru diajak berkunjung ke dokter gigi setelah mengalami rasa sakit atau memiliki masalah gigi dan mulut.

Ya, Indonesia masih dibilang tinggi dan rentan dalam penyebaran penyakit gigi dan mulut. Mama, Pepo, bahkan WOHD itu sendiri adalah sebuah insturmen dalam usaha untuk memperbaiki komponen perbaikan kesehatan masyarakat.

Karena kesehatan gigi dan mulut mencerminkan sebuah senyuman. Dan sebuah senyuman berarti sebuah harapan untuk masa depan negeri yang lebih baik.

(Visited 26 times, 1 visits today)

Comment
Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Ad