
Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti pernah atau mungkin sering mendengar kata fluoride terutama dalam iklan-iklan pasta gigi. Atau barangkali pula pernah kita mendengar atau membaca bacaan yang agak mengagetkan tentang fluoride dan efeknya yang berbahaya terhadap tubuh. Benarkah hal tersebut dan apakah sebenarnya fluoride itu?
Senyawa Fluoride
Fluoride merupakan bentuk senyawa dari unsur kimia yang bernama fluorin. Di alam bebas senyawa ini terdapat dalam batu-batuan dan tanah. Lalu, saat air melewati batuan dan tanah tersebut, sebagian senyawa fluoride yang ada ikut larut ke dalam air, sehingga di dalam sumber air alami seperti sungai dan danau air terdapat pula kandungan fluoride. Tidak hanya itu, fluoride dalam jumlah tertentu juga ada pada banyak makanan dan minuman dengan konsentrasi yang sangat bervariasi.
Kandungan alami fluoride dalam air sangat bervariasi dan dipengaruhi beberapa faktor diantaranya letak geografis, kedalaman air serta kondisi kehidupan di lingkungan tersebut, seperti adanya perbedaan kadar fluoride pada air lingkungan perkotaan dengan kadar air di lingkungan industri ataupun lingkungan pedesaan. Beberapa penelitian melaporkan kandungan fluoride air laut sebanyak 1,3 mg/liter. Di daerah yang tinggi kandungan fluoride-nya, air sumur dapat mengandung fluoride hingga 10 mg/liter.
Pada bahan makanan, semua sayuran mengandung fuoride yang diserap sayur tersebut dari air dan tanah tempatnya hidup. Bahan makanan lain yang mengandung fluoride cukup tinggi adalah ikan dan teh. Ikan mengandung fluoride sekitar 1-30 mg/kg daging ikan, sedangkan teh kering mengandung rata-rata fluoride 100-300 mg/kg. Saat diseduh 2-3 cangkir teh bisa mengandung 0,4-0,8 mg fluoride atau sekitar 8 mg/liter.
Fluoride pada Kesehatan Gigi
Dalam dunia kesehatan gigi fluoride memiliki fungsi pencegahan terhadap gigi berlubang. Fungsi perlindungan ini dapat terjadi dengan dua mekanisme, yakni secara sistemik dan secara topikal. Banyak penelitian yang menjelaskan bahwa air minum yang mengandung fluoride dapat mencegah seseorang dari gigi berlubang.
Fluoride yang masuk secara sistemik tersebut memberikan perlindungan kepada gigi dengan memperkuat struktur lapisan permukan gigi sehingga meningkatkan resistensi (ketahanan) gigi terhadap pengasaman yang dapat melarutkan mineral gigi. Tidak hanya itu, fluoride tersebut dapat memicu proses remineralisasi (proses perbaikan mineral ulang) pada struktur gigi yang sudah mengalami kerusakan akibat pengasaman tersebut. Fluoride secara sistemik ini masuk ke dalam tubuh akan tergabung ke dalam struktur gigi dan menyebar di seluruh permukaan gigi dari awal masa pembentukan hingga saat gigi akan erupsi (tumbuh keluar dari gusi).
Selain berpengaruh pada struktur gigi, fluoride yang masuk secara sistemik kedalam tubuh juga akan hadir dalam saliva (air liur) dan ikut melindungi gigi saat saliva membasahi permukaan gigi. Fluoride secara sistemik ini masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi atau dapat pula dengan secara khusus mengkonsumsi air yang di fluoridasi (ditambahkan kandungan fluoride) atau tablet fluoride saat masa pertumbuhan gigi.
Sedangkan pada pada mekanisme yang kedua yakni secara topikal, fluoride dapat memberikan perlindungan terhadap gigi yang sudah erupsi. Perlindungan tersebut berupa perlindungan secara lokal pada permukaan gigi dengan mencegah dari proses pengasaman penyebab gigi berlubang. Fluoride secara topikal dapat berupa kandungan fluoride pada pasta gigi dan obat kumur ataupun gel fluoride yang diberikan oleh tenaga kesehatan gigi seperti dokter gigi.
Apakah Fluoride Berbahaya?
Telah berpuluh tahun banyak orang hidup di wilayah dengan kadar fluoride yang tinggi namun belum pernah dilaporkan terdapat adanya masalah kesehatan besar yang khusus disebabkan akibat kandungan fluoride tersebut selain bahwa ditemukannya sebagian kecil kasus fluorosis (bercak putih di gigi) yang ringan akibat kelebihan asupan fluoride.
Selain itu, menurut para ahli bahwa keadaan fluorosis yang ringan tersebut pada dasarnya disebabkan oleh kandungan alami fluoride pada air yang memang tinggi pada beberapa daerah tersebut. Artinya hal tersebut karena kondisi alamiah alam bukan karena program khusus atau konsumsi produk tertentu.
Efek fluorosis ini pun hanya terjadi akibat kelebihan fluoride pada masa pertubuhan gigi bukan akibat kelebihan paparan fluoride secara topikal pada permukaan gigi yang sudah tumbuh.
Pada penelitian lain yang diterbitkan fakultas kedokteran University of Ljubljana Slovenia, dijelaskan bahwa bisa saja fluoride menyebabkan toksik dengan gejala seperti sakit perut, mual dan muntah, namun itu terjadi pada kadar yang sangat tinggi yakni pada dosis 5mg/kg berat badan. Jumlah tersebut jika kita konversikan misalnya seorang anak 20 kg menelan sekitar 100gr pasta gigi atau mengkonsumsi sekitar 100 tablet fuoride sekaligus. Tentu hal tersebut bukanlah hal yang normal untuk dilakukan.
Berbagai kandungan fluoride dalam produk-produk yang dijual saat ini seperti pasta gigi dan air mineral pada dasarnya dalam range “normal” dan aman dikonsumsi, sehingga apabila konsumsi atau penggunaan kita terhadap produk tersebut juga seperti anjuran penggunaannya maka masalah seperti fluorosis ataupun toksisitas tidak akan terjadi. Yang dimaksud penggunaan seperti anjuran adalah misalnya dengan mengingatkan pada anak-anak untuk tidak menelan busa pasta gigi sehabis sikat gigi karena bisa saja fluoride yang seharusnya berfungsi secara topikal tersebut masuk berlebihan ke dalam tubuh dan mempengaruhi asupan secara sistemik.
Namun, pada umumnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena sebagaimana yang sudah dijelaskan diatas bahwa fluoride terdapat pada berbagai produk makanan dan minuman sehari-hari dengan kadar yang bervariasi dari rendah hingga tinggi. Artinya apabila konsumsi kita terhadap makanan tersebut memenuhi kriteria konsumsi yang sehat dan tidak berlebihan maka asupan fluoride pun adalah hal yang baik untuk kesehatan.
Semoga bermanfaat.
Sumber :
Agtini, M.D., et al, 2005, Fluor dan Kesehatan Gigi, Media Litbang Kesehatan XV
Fluoridation Fact, 2005, American Dental Association
Fluoride in Drinking Water, 2004, WHO
Kanduti, D., et al, 2016, Fluoride : A Rieview of Use and Effects on Health, Mater Sociomed: 28 (2)